KabarMalaysia.com — Pemerintah Malaysia terus mencermati dinamika penyebaran COVID-19 di kawasan Asia Tenggara, menyusul peningkatan signifikan jumlah infeksi di negara-negara tetangga seperti Thailand dan Singapura.
Menteri Kesehatan Malaysia, Dzulkefly Ahmad, menyatakan bahwa situasi epidemiologis di dalam negeri masih berada dalam batas kendali. Namun demikian, kewaspadaan tetap menjadi prioritas nasional. Saat ini, Malaysia mencatat rata-rata sekitar 600 kasus baru setiap pekan, sebuah angka yang dinilai masih jauh di bawah ambang siaga nasional.
“Sepanjang tahun 2025 hingga saat ini, tidak terdapat laporan kematian akibat COVID-19 di Malaysia,” ujar Dzulkefly, menegaskan kondisi yang relatif stabil tersebut.
Kondisi kontras terlihat di kawasan regional. Di Thailand, otoritas kesehatan melaporkan 16.607 kasus baru disertai enam kematian dalam kurun waktu 4 hingga 10 Mei 2025. Di Singapura, gelombang infeksi juga menunjukkan tren meningkat. Dalam periode 27 April hingga 3 Mei, jumlah kasus mencapai 14.200, melonjak dari 11.100 kasus pada pekan sebelumnya. Sebanyak 133 pasien saat ini sedang menjalani perawatan medis di fasilitas rumah sakit.
Guna memastikan kesiapsiagaan sistem kesehatan nasional, National Crisis Preparedness and Response Centre (CPRC) Malaysia secara aktif melakukan evaluasi risiko secara berkala. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi skenario lonjakan mendadak dan menjaga ketahanan respons kesehatan masyarakat.
Sejak awal tahun hingga 10 Mei 2025, tercatat 11.727 kasus COVID-19 secara kumulatif di Malaysia. Jumlah kasus tertinggi terjadi pada fase awal tahun sebelum kemudian menunjukkan tren pelandaian yang konsisten.
Pemerintah Malaysia kembali menyerukan kepada publik agar tetap waspada. Masyarakat diminta segera mencari pertolongan medis apabila mengalami gejala, serta senantiasa melindungi kelompok rentan seperti lansia dan individu dengan komorbiditas. Vaksinasi juga kembali ditekankan sebagai langkah proteksi, khususnya bagi mereka yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi.