KABARMALAYSIA.COM — Awan mendung menyelimuti langit Kota Batam pada Rabu pagi. Tepat pukul 07.45 WIB, jurnalis ANTARA menjadi yang pertama tiba di Pelabuhan Batu Ampar, tempat bersandarnya Kapal Negara (KN) Pulau Nipah-321 milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI. Sesuai undangan, delapan jurnalis dijadwalkan mengikuti pelayaran operasi keselamatan dan penegakan hukum di laut dengan misi menjemput dua nelayan menggunakan KN Pulau Nipah-321.
Meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah Kepulauan Riau pada 18-21 Maret 2025, kru kapal tetap mantap menjalankan misi. Gelombang diperkirakan mencapai 1,25 hingga 4,0 meter di beberapa wilayah perairan Kepri.
Misi Penjemputan Nelayan
Kedua nelayan yang akan dijemput adalah Suhardi Saparteri (25) dan Muhammad Al Salam (25), warga Bengkong, Kota Batam. Mereka ditangkap oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) pada 24 Februari 2025 di perairan Tanjung Bulat, Kota Tinggi, Johor, setelah terbawa arus hingga memasuki wilayah Malaysia.
Sekitar pukul 08.30 WIB, KN Pulau Nipah-321 bersiap berlayar setelah Kepala Zona Barat Bakamla Laksamana Pertama Bambang Trijanto dan Kepala Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah (BP2D) Provinsi Kepulauan Riau Doli Boniara tiba di kapal. Kapal bergerak menuju titik serah terima di perairan perbatasan Indonesia-Malaysia-Singapura, yang dijadwalkan pukul 11.00 WIB.
Hujan turun sepanjang perjalanan, disertai gelombang yang terus menghantam kapal. Namun, berkat ukuran dan stabilitas KN Pulau Nipah-321, perjalanan tetap aman. Kapal ini merupakan produksi anak bangsa yang digarap oleh PT Citra Shipyard sejak 2017 dan resmi beroperasi pada 18 Oktober 2019 bersama dua unit lainnya, KN Pulau Marore-322 dan KN Pulau Dana-323.
Serah Terima di Tengah Laut
KN Pulau Nipah-321 tiba lebih dahulu di titik Batu Putih dan menunggu kedatangan kapal patroli APMM. Sesuai kesepakatan, media hanya diizinkan meliput setelah proses serah terima nelayan selesai.
Serah terima dilakukan di atas KN Pulau Nipah-321 dalam prosesi tertutup, dipimpin oleh Konsul Jenderal RI Johor Bahru Sigit S. Widiyanto dan disaksikan Kepala Zona Barat Bakamla serta Kepala BP2D Kepri. Kedua nelayan dipulangkan setelah otoritas Malaysia memastikan mereka tidak sengaja memasuki perairan Malaysia karena keterbatasan alat navigasi.
Suhardi mengungkapkan rasa leganya setelah satu minggu tidak bertemu keluarga. Ia juga bersyukur karena kapalnya ikut dikembalikan. “Terima kasih kepada Bakamla dan Pemerintah Provinsi Kepri yang telah membantu kami kembali ke rumah,” ujarnya dengan haru.
Upaya Pemerintah Mencegah Kejadian Serupa
Sepanjang 2025, pemulangan dua nelayan ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, seorang nelayan asal Karimun, A Huat, juga dipulangkan setelah hanyut ke perairan Malaysia. Pada tahun 2024, Bakamla telah melakukan empat kali penjemputan nelayan di Johor, Sarawak-Kuching, Tanjung Balai Karimun, dan Pulau Bintan dengan total 16 orang.
Menurut Kepala Zona Barat Bakamla, tugas pokok mereka mencakup keamanan, keselamatan, dan penegakan hukum di laut, termasuk mencegah penyelundupan, pengiriman pekerja migran ilegal, serta pelanggaran batas wilayah.
Wakil Gubernur Kepri Nyanyang Haris Pratamura, yang menyambut kedatangan kapal di Pelabuhan Batu Ampar, menegaskan bahwa Pemprov Kepri terus memperkuat edukasi batas wilayah bagi nelayan. Selain itu, Pemprov Kepri bersama instansi terkait seperti Polairud Polda Kepri, Bakamla, dan TNI berupaya memberikan pemahaman lebih luas kepada para nelayan.
Pemerintah juga tengah menjajaki kerja sama di bidang perikanan dengan Malaysia untuk memungkinkan jual beli kapal dan peralatan navigasi antar negara. “Jangan sampai kejadian ini terulang lagi dari tahun ke tahun,” ujar Nyanyang.
Dengan koordinasi antara pemerintah, Bakamla, dan nelayan, diharapkan kasus penangkapan nelayan akibat pelanggaran batas wilayah dapat diminimalisir di masa mendatang.