KABARMALAYSIA.COM — Para peneliti di Tiongkok dikabarkan telah mengembangkan baterai nuklir pertama berbasis karbon yang berasal dari negeri tersebut. Temuan ini diklaim memiliki kemampuan untuk beroperasi tanpa perlu diisi ulang selama satu abad penuh.
Mengutip laporan dari South China Morning Post (SCMP), pengumuman tersebut disampaikan oleh tim ilmuwan dari Northwest Normal University, yang terletak di Provinsi Gansu, Tiongkok Barat Laut. Baterai ini diyakini dapat diaplikasikan untuk berbagai perangkat penting seperti alat pacu jantung, satelit, wahana antariksa, hingga perangkat yang digunakan di lingkungan ekstrem seperti dasar laut dan kawasan kutub.
Dalam pernyataan resmi universitas, dijelaskan bahwa baterai ini pada dasarnya dirancang untuk memiliki masa pakai hingga 50 tahun. Namun, dalam kondisi tertentu yang ekstrem, seperti lingkungan bersuhu rendah dan minim gangguan, umur pakai baterai ini dapat meningkat hingga lebih dari 100 tahun.
Selain daya tahannya yang luar biasa, baterai ini juga digadang-gadang memiliki keunggulan dalam aspek keberlanjutan. Teknologi ini menggunakan material yang diklaim ramah lingkungan dan rendah karbon, yang sejalan dengan komitmen Tiongkok untuk mengembangkan sektor energi baru yang bersih dan berkelanjutan.
Menurut Zhang Guanghui, pemimpin teknis proyek tersebut, daya tahan luar biasa dari baterai ini berasal dari penggunaan isotop radioaktif karbon-14. Isotop ini memiliki waktu paruh sekitar 5.730 tahun, yang secara teori memungkinkan baterai tersebut bertahan selama ribuan tahun.
“Karena karbon-14 memiliki waktu paruh yang sangat panjang, maka secara teoritis baterai ini bisa bertahan dalam jangka waktu yang jauh lebih lama dari baterai konvensional,” ujar Zhang.
Sebagai informasi, waktu paruh adalah istilah dalam fisika nuklir yang merujuk pada lamanya waktu yang dibutuhkan oleh setengah dari jumlah atom dalam suatu bahan radioaktif untuk meluruh. Dalam konteks ini, semakin panjang waktu paruh suatu isotop, semakin lama pula bahan tersebut mampu melepaskan energi secara stabil.
Konsep baterai nuklir sebenarnya bukan hal baru. Teknologi ini sudah digunakan selama beberapa dekade oleh badan antariksa seperti NASA, yang mengandalkan baterai radioisotop untuk memberi daya pada pesawat ruang angkasa yang menjelajah jauh dari Matahari, di mana panel surya tidak lagi efektif. Namun, penggunaan bahan radioaktif yang aman, efisien, dan relatif murah tetap menjadi tantangan utama.
Apa yang membuat inovasi dari Tiongkok ini menarik perhatian adalah penggunaan karbon-14 sebagai sumber energi, yang berbeda dari bahan radioaktif yang biasanya digunakan seperti plutonium-238. Karbon-14 lebih mudah diakses, memiliki tingkat radiasi yang lebih rendah, dan lebih aman untuk aplikasi yang melibatkan manusia, seperti perangkat medis implan.
Northwest Normal University menyatakan bahwa pengembangan ini masih dalam tahap penelitian dan pengujian lanjutan, namun hasil awal menunjukkan potensi besar untuk penggunaan skala luas di masa depan.
Dengan ketahanan yang luar biasa dan dampak lingkungan yang rendah, baterai ini dapat membuka peluang baru di berbagai sektor — mulai dari industri pertahanan, kedokteran, hingga eksplorasi luar angkasa.
Di tengah upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan baterai berbasis logam berat yang tidak ramah lingkungan, teknologi semacam ini bisa menjadi bagian penting dari solusi masa depan. Pemerintah Tiongkok pun disebut mendukung penuh riset-riset inovatif semacam ini, sejalan dengan agenda nasional untuk mencapai puncak emisi karbon pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada 2060.
Penemuan baterai nuklir berbasis karbon oleh ilmuwan Tiongkok ini menandai langkah penting dalam dunia teknologi energi. Dengan potensi untuk bertahan hingga satu abad tanpa pengisian ulang, serta kemampuan beroperasi di lingkungan ekstrem dan minim perawatan, baterai ini dapat merevolusi cara kita menyuplai daya ke berbagai perangkat vital.
Meski masih berada dalam tahap pengembangan, hasil ini memberi harapan baru akan masa depan teknologi energi yang lebih tahan lama, aman, dan ramah lingkungan.