KABARMALAYSIA.COM — Kawasan ASEAN merupakan wilayah strategis dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kepadatan penduduk yang tinggi. Seiring dengan aktivitas ekonomi yang terus meningkat, permintaan energi di kawasan ini juga mengalami lonjakan signifikan. Untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, diperlukan upaya sistematis dalam mentransformasi sistem energi ke arah yang lebih bersih dan efisien.
Institute for Essential Services Reform (IESR), melalui Koalisi Transisi Energi di Asia Tenggara (Southeast Asia Energy Transition Coalition/SETC), menilai bahwa Malaysia, sebagai pemegang keketuaan ASEAN tahun 2025, memiliki peran strategis dalam mempercepat pengembangan energi terbarukan serta transisi energi di kawasan.
Dalam pertemuan anggota koalisi SETC dengan perwakilan pemerintah Malaysia, Deputi Direktur Solar Energy Research Institute (SERI) Universiti Kebangsaan Malaysia, Dr. Norasikin Ahmad Ludin, menekankan pentingnya komitmen bersama dalam mendukung transisi energi di ASEAN.
“Kita juga akan mendengar dan mencermati agenda prioritas Malaysia dalam keketuaan ASEAN tahun ini, khususnya yang berkaitan dengan energi,” ujar Dr. Norasikin.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengusulkan empat pilar utama untuk mendorong transformasi energi di ASEAN guna menciptakan pertumbuhan ekonomi rendah karbon yang kompetitif. Empat pilar tersebut meliputi:
- Akselerasi Target Energi Terbarukan – Mempercepat pencapaian target energi terbarukan, termasuk penguatan ASEAN Power Grid serta inisiasi ASEAN Just Energy Transition Partnership untuk meningkatkan daya saing kawasan.
- Menjadikan ASEAN sebagai Hub Manufaktur Energi Bersih – Mengoptimalkan potensi mineral kritis yang dimiliki negara-negara ASEAN guna mendukung pengembangan industri energi bersih.
- Penguatan Investasi dan Pendanaan Hijau – Mendorong investasi yang berorientasi pada energi terbarukan dan keberlanjutan lingkungan.
- Penguatan Sumber Daya Manusia untuk Transisi Energi – Mempersiapkan tenaga kerja yang siap bersaing di sektor keberlanjutan dan energi terbarukan melalui mekanisme pelatihan dan pengembangan keterampilan yang sistematis.
Sementara itu, Direktur International Trade and Investment di Institute of Malaysia and International Study, Dr. Sufian Jusoh, mengungkapkan bahwa pemerintah Malaysia saat ini memprioritaskan pengembangan kendaraan listrik (EV) serta melakukan studi terkait penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan pribadi.
“Kami juga melakukan kajian mengenai potensi ASEAN sebagai pusat industri semikonduktor serta terus mendorong interkoneksi ASEAN Power Grid,” jelas Dr. Sufian.
Lebih lanjut, ia menyoroti tren perkembangan industri teknologi, seperti pusat data (data center) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan energi secara signifikan di masa depan. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis dalam mempercepat transisi energi menjadi semakin penting untuk memastikan ASEAN tetap kompetitif dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan global.
Dengan adanya kerja sama dan inisiatif konkret dari berbagai pemangku kepentingan, transisi energi di ASEAN diharapkan dapat berjalan lebih cepat dan efektif, sehingga mampu mewujudkan sistem energi yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan bagi seluruh negara di kawasan.