KABARMALAYSIA.COM — Malaysia mencatat tingkat kebocoran data pribadi tertinggi di antara negara-negara utama di Asia pada tahun 2024. Data ini mengungkapkan bahwa puluhan juta warga Malaysia berisiko mengalami penipuan finansial dan pencurian identitas, sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Tahunan Whoscall terbaru.
Berdasarkan laporan tersebut, sebanyak 72,5 persen warga Malaysia yang memeriksa data mereka melalui fitur ID Security Whoscall menemukan bahwa informasi pribadi mereka telah bocor. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara Asia lainnya.
Menurut laporan, nomor telepon merupakan data yang paling banyak bocor di seluruh negara, dengan 98 persen pengguna di Malaysia mengalami kebocoran nomor telepon mereka. Selain itu, Malaysia juga mencatat tingkat kebocoran nama yang sangat tinggi, yakni sebesar 89 persen, diikuti oleh kebocoran alamat dan email.
“Kebocoran nama ini membuat penipuan menjadi lebih meyakinkan karena pelaku dapat berpura-pura sebagai pihak bank, lembaga pemerintah, atau layanan pengiriman menggunakan identitas korban,” ujar Voon Chang Liew, Direktur Pengembangan Bisnis Gogolook di Malaysia.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, negara-negara Asia lainnya juga menghadapi tingkat kebocoran data yang cukup tinggi, meskipun dalam kategori berbeda. Di Taiwan, Thailand, Jepang, dan Filipina, alamat email merupakan jenis data kedua yang paling banyak bocor setelah nomor telepon.
Laporan Whoscall menyoroti bahwa informasi yang bocor menjadi pemicu utama peningkatan kasus penipuan. Para penipu memanfaatkan data yang dicuri untuk berpura-pura sebagai bank, institusi pemerintah, atau layanan pengiriman guna menipu korban.
Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa kebocoran data pribadi menjadi faktor utama dalam meningkatnya kerugian finansial akibat penipuan. Pada tahun lalu saja, total kerugian akibat penipuan di Malaysia mencapai RM1,57 miliar.
“Semakin banyak data yang bocor, semakin besar pula risiko seseorang menjadi korban penipuan. Masyarakat perlu lebih waspada dalam melindungi informasi pribadi mereka,” tambah Voon.
Menanggapi lonjakan kebocoran data ini, pemerintah Malaysia dan perusahaan teknologi terus berupaya meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya keamanan data pribadi. Masyarakat dihimbau untuk lebih berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi mereka secara daring, menggunakan autentikasi dua faktor, serta memverifikasi setiap komunikasi yang mereka terima dari pihak yang mengaku sebagai lembaga resmi.
Selain itu, perusahaan teknologi dan penyedia layanan keamanan siber diharapkan untuk meningkatkan sistem perlindungan data guna mencegah kebocoran lebih lanjut. Dengan meningkatnya ancaman digital, kerja sama antara pemerintah, perusahaan teknologi, dan masyarakat menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan keamanan siber di masa depan.