KABARMALAYSIA.COM — Sedikitnya 30 tim sepak bola, termasuk satu tim dari Medan, Indonesia, menjadi korban penipuan terkait penyelenggaraan turnamen sepak bola fiktif di Taman Dr Seenivasagam, Ipoh, pada Sabtu lalu. Selain itu, sejumlah pedagang yang berpartisipasi dalam acara tersebut juga mengalami kerugian akibat ulah penyelenggara yang tidak bertanggung jawab.
Turnamen yang direncanakan berlangsung selama dua hari, yaitu pada 22 dan 23 Februari 2025, menarik minat banyak tim sepak bola dari berbagai daerah. Salah satunya adalah tim Highlander FC U-14 dari Sekolah Menengah Kebangsaan Gunung Rapat, Ipoh. Perwakilan tim tersebut, seorang wanita yang enggan disebutkan namanya, menceritakan bahwa mereka telah membayar biaya pendaftaran sebesar RM400 ke dua rekening bank yang berbeda, sesuai dengan instruksi dari penyelenggara.
Namun, ketika tiba di lokasi pada pukul 07.00 pagi, mereka tidak menemukan tanda-tanda adanya persiapan turnamen. “Saat kami sampai di Taman Dr Seenivasagam, tidak ada tenda atau fasilitas lain yang menunjukkan adanya acara. Kami mencoba menghubungi penyelenggara untuk konfirmasi, tetapi tidak berhasil. Saat itulah kami menyadari bahwa kami telah ditipu,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Pemangku Kepala Kepolisian Daerah Ipoh, Superintenden Mohamad Sajidan Abdul Sukor, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan dari korban terkait penipuan ini. “Kami menerima laporan dari seorang wanita yang mengklaim telah ditipu oleh seorang pria terkait penyelenggaraan Karnival Pertandingan Sepak Bola 11 Sebelah untuk kategori U-14 dan U-16,” ujarnya dalam pernyataan resmi pada Minggu.
Berdasarkan penyelidikan awal, diketahui bahwa korban telah mentransfer biaya pendaftaran sebesar RM400 ke dua rekening bank yang berbeda. Saat tiba di lokasi acara, tidak ada tanda-tanda kegiatan yang dijanjikan, dan upaya untuk menghubungi penyelenggara tidak membuahkan hasil. “Kasus ini sedang diselidiki di bawah Pasal 420 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dan penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung,” tambahnya.
Selain laporan dari tim Highlander FC, polisi juga menerima lima laporan serupa dari tim dan pedagang lain yang merasa ditipu oleh penyelenggara yang sama. Total kerugian yang dialami para korban masih dalam proses pendataan oleh pihak berwenang.
Tidak hanya tim sepak bola yang menjadi korban, sejumlah pedagang yang berencana berpartisipasi dalam karnival tersebut juga mengalami kerugian finansial. Salah satu pedagang, Ahmad, mengungkapkan bahwa ia telah membayar biaya sewa stan sebesar RM200. “Saya sudah menyiapkan barang dagangan dan membayar sewa stan. Namun, saat tiba di lokasi, tidak ada apa-apa. Ini sangat merugikan kami sebagai pedagang kecil,” keluhnya.
Menanggapi insiden ini, Superintenden Mohamad Sajidan mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan melakukan verifikasi sebelum mengikuti acara atau turnamen yang belum jelas kredibilitasnya. “Kami mengingatkan masyarakat agar selalu waspada dan memastikan validitas acara sebelum melakukan pembayaran atau pendaftaran, terutama jika ada indikasi yang mencurigakan,” tegasnya.
Kejadian ini memicu berbagai reaksi dari masyarakat, terutama di media sosial. Banyak yang menyayangkan kurangnya pengawasan terhadap penyelenggaraan acara semacam ini. “Sangat disayangkan bahwa penipuan seperti ini bisa terjadi. Harus ada mekanisme yang lebih ketat untuk memastikan bahwa acara yang diumumkan benar-benar sah,” tulis seorang pengguna di platform media sosial lokal.
Sementara itu, beberapa pihak mendesak otoritas terkait untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku penipuan semacam ini guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. “Penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk memberikan efek jera bagi pelaku dan melindungi masyarakat dari penipuan semacam ini,” ujar seorang aktivis perlindungan konsumen.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk melanjutkan penyelidikan dan mengidentifikasi pelaku di balik penipuan ini. Masyarakat yang memiliki informasi terkait penyelenggara atau kejadian ini diimbau untuk segera melapor ke kantor polisi terdekat guna membantu proses penyelidikan.
Selain itu, diharapkan adanya kerjasama antara otoritas lokal, penyelenggara acara, dan masyarakat untuk memastikan bahwa setiap acara yang diselenggarakan memiliki izin resmi dan kredibilitas yang jelas, sehingga kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Insiden penipuan turnamen sepak bola di Ipoh ini menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dan selalu melakukan verifikasi sebelum terlibat dalam acara atau kegiatan yang belum jelas kredibilitasnya. Kerjasama antara masyarakat dan otoritas terkait sangat diperlukan untuk mencegah penipuan semacam ini dan melindungi kepentingan bersama.