KABARMALAYSIA.COM — Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri (PWNI Kemlu) Judha Nugraha memberikan klarifikasi terkait dugaan adanya narkotika dan senjata yang dibawa oleh warga negara Indonesia (WNI) dalam insiden penembakan di perairan Tanjung Rhu, Banting, Selangor, Malaysia, pada Januari lalu. Judha menegaskan bahwa hingga saat ini, Kemlu belum menerima informasi valid mengenai dugaan tersebut.
“Tidak ada informasi mengenai drugs ataupun senjata,” ujar Judha dalam konferensi pers yang digelar di kantor Kemlu, Jakarta Pusat, pada Jumat, 7 Februari 2025.
Meskipun demikian, Judha menekankan bahwa penanganan kasus ini sepenuhnya berada dalam kewenangan otoritas Malaysia, termasuk dalam hal investigasi dan pengungkapan fakta berdasarkan bukti-bukti yang ada.
Judha menjelaskan bahwa insiden penembakan ini bermula ketika lima WNI hendak pulang ke Indonesia melalui jalur perairan Malaysia. Mereka diketahui sebagai pekerja migran ilegal. Dalam kapal tersebut, terdapat pula beberapa penumpang lain yang bukan WNI. Berdasarkan informasi yang diperoleh, tidak ada indikasi bahwa kelima WNI tersebut melakukan serangan terhadap aparat Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM).
Pada 24 Januari 2025, lima orang WNI ditembak oleh aparat APMM di kapal mereka saat berada di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia. Akibat kejadian tersebut, dua orang dinyatakan meninggal dunia, sementara tiga lainnya mengalami luka-luka.
Menanggapi insiden ini, Judha menegaskan bahwa Kemlu telah menyiapkan langkah-langkah hukum untuk melindungi hak-hak WNI yang terlibat.
“Kami sudah menyiapkan pengacara untuk melakukan pendampingan hukum kepada WNI yang kemungkinan akan menjalani penyelidikan,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mengonfirmasi bahwa salah satu WNI yang tertembak, yakni Aban, meninggal dunia di Rumah Sakit Idris Shah Serdang pada Selasa malam, 4 Februari 2025. Aban telah mendapatkan perawatan medis sejak 24 Januari 2025 sebelum akhirnya meninggal dunia.
“Informasi terbaru per tadi malam, Pak Aban meninggal dunia. Jadi, saat ini jumlah korban meninggal bertambah menjadi dua orang,” ujar Karding saat menghadiri konferensi besar Nahdlatul Ulama di Hotel Sultan, Jakarta, pada Rabu, 5 Februari 2025.
Selain Aban, korban meninggal lainnya berinisial B. Jenazah B telah dipulangkan ke kampung halamannya di Pulau Rupat, Dumai, Riau.
Karding juga mengungkapkan bahwa pihaknya masih berusaha mencari data keluarga Aban agar jenazahnya dapat segera dipulangkan ke daerah asalnya.
“Kami masih mencari informasi tentang keluarga Pak Aban. Yang kami tahu, dia berasal dari Riau, tetapi pemerintah masih perlu memastikan hal ini lebih lanjut,” katanya. “Kami sedang mengupayakan identifikasi melalui biometrik karena kemungkinan besar beliau adalah pekerja migran yang tidak melalui prosedur resmi.”
Pemerintah Indonesia melalui Kemlu terus melakukan komunikasi dengan otoritas Malaysia untuk memastikan bahwa penyelidikan insiden ini berjalan transparan dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Kemlu juga berkoordinasi dengan KBRI Kuala Lumpur guna memastikan perlindungan hukum bagi para WNI yang terdampak.
Insiden ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia, mengingat banyaknya pekerja migran yang menggunakan jalur ilegal untuk kembali ke tanah air. Kejadian ini sekaligus menjadi peringatan bagi pekerja migran untuk selalu mengikuti prosedur resmi dalam bekerja dan berpindah negara agar dapat terhindar dari risiko hukum dan bahaya di perjalanan.
Hingga saat ini, pemerintah masih menunggu hasil investigasi resmi dari otoritas Malaysia untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai kronologi kejadian dan alasan penembakan terhadap para WNI tersebut.