KABARMALAYSIA.COM – Pulau Sebatik di Kalimantan Utara menyimpan sebuah daya tarik unik yang memikat perhatian banyak wisatawan. Salah satu destinasi ikonik di pulau ini adalah Rumah Dua Negara, sebuah rumah yang dulunya menjadi simbol perbatasan unik antara Indonesia dan Malaysia. Sebagian dapurnya terletak di Malaysia, sementara ruang tamunya berada di Indonesia. Fenomena ini menjadikan rumah tersebut istimewa dan menarik banyak perhatian.
Rumah ini terletak di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Meski pada awalnya hanya rumah pribadi, keunikan lokasinya membuatnya dikenal luas, bahkan sempat viral di media sosial beberapa tahun yang lalu. Lokasi ini juga tidak jauh dari Pos Penjagaan Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Perbatasan (Satgas Pamtas), yang menjaga keamanan di daerah perbatasan.
Bagian depan Rumah Dua Negara dicat dengan warna merah-putih, menyerupai bendera Indonesia. Di area ini juga terdapat foto Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sebagai penanda bahwa bagian tersebut berada di wilayah Tanah Air. Selain itu, buku-buku berbahasa Indonesia terpajang rapi, semakin mempertegas identitas Indonesia di rumah ini.
Ketika memasuki bagian dapur, suasana berbeda terasa. Interiornya dicat hijau, dan dindingnya dihiasi foto Perdana Menteri Malaysia serta foto Raja dan Ratu Malaysia. Di tengah area dapur, terdapat bendera Malaysia yang menjadi simbol negara tetangga tersebut. Rumah ini benar-benar mencerminkan perbedaan budaya dan identitas kedua negara.
Selain sebagai simbol perbatasan, Rumah Dua Negara juga menjadi ikon Pulau Sebatik yang tidak bisa ditemukan di tempat lain di Indonesia. Bentuk rumah panggung berbahan kayu menambah daya tarik tradisional yang khas.
Namun, seiring berjalannya waktu, status rumah ini mengalami perubahan. Berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia terkait perbatasan darat pada tahun 2019, rumah ini kini sepenuhnya berada di wilayah Indonesia. Kesepakatan tersebut melibatkan penetapan 13 patok perbatasan utama di wilayah Kabupaten Nunukan. Dengan kesepakatan ini, Rumah Dua Negara, bersama sejumlah rumah warga lainnya yang sebelumnya masuk wilayah Malaysia, kini resmi menjadi bagian dari Indonesia.
Hal ini menandai berakhirnya status unik Rumah Dua Negara sebagai bangunan yang “terbelah” antara dua negara. Meski demikian, sejarah dan simbolismenya tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan bukti nyata hubungan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
Rumah Dua Negara bukan hanya sekadar rumah, tetapi juga simbol keberagaman dan harmoni di wilayah perbatasan. Dengan posisinya yang pernah berada di antara dua negara, rumah ini mengajarkan pentingnya saling menghormati dan menjaga hubungan baik antarnegara tetangga. Meski secara administratif kini berada sepenuhnya di Indonesia, kenangan akan status uniknya tetap hidup dalam ingatan masyarakat setempat dan para pengunjung.
Rumah ini juga menjadi pengingat pentingnya pengelolaan perbatasan yang adil dan bijaksana. Wilayah perbatasan sering kali menjadi tempat interaksi budaya, ekonomi, dan politik yang kompleks. Keberadaan Rumah Dua Negara menunjukkan bahwa meski ada perbedaan, kolaborasi dan toleransi dapat diwujudkan dengan baik.
Bagi para pelancong, Rumah Dua Negara menawarkan pengalaman yang unik dan edukatif. Wisatawan dapat melihat langsung bagaimana identitas dua negara pernah “bertemu” dalam satu atap. Keunikan ini menjadikan Rumah Dua Negara sebagai destinasi wisata edukasi, terutama bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang perbatasan dan sejarah hubungan Indonesia-Malaysia.
Namun, untuk meningkatkan daya tarik wisata, penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mengembangkan fasilitas pendukung, seperti informasi sejarah yang lebih mendalam, pemandu wisata, serta infrastruktur yang memadai. Dengan begitu, Rumah Dua Negara dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat sekaligus melestarikan sejarah uniknya.
Rumah Dua Negara di Pulau Sebatik adalah saksi bisu dari hubungan perbatasan Indonesia dan Malaysia yang penuh dinamika. Keunikannya yang sempat viral tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga menjadi simbol identitas dan kolaborasi antarbangsa. Meski kini sepenuhnya menjadi bagian dari Indonesia, rumah ini tetap menjadi daya tarik ikonik yang layak dikunjungi. Sebuah destinasi yang mengajarkan pentingnya keberagaman, toleransi, dan kebersamaan di wilayah perbatasan.