KabarMalaysia.com – KUALA LUMPUR, Mata uang Ringgit Malaysia kembali melemah untuk hari kedua berturut-turut terhadap dolar AS di tengah kekhawatiran akan prospek ekonomi global yang mendorong investor beralih ke mata uang safe haven.
Pada penutupan perdagangan Pada Hari Selasa (03/12/2024), Ringgit turun ke 4,4675/4720 per dolar AS dibandingkan penutupan Senin di 4,4570/4625.
Menurut analis, tekanan terhadap Ringgit ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap situasi ekonomi global, termasuk ancaman tarif oleh negara-negara BRICS dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru.
Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, menyoroti bahwa ancaman tarif BRICS, yang sebelumnya diungkapkan dalam pertemuan blok ekonomi tersebut, turut membebani pasar regional.
Ancaman ini menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara berkembang, termasuk Malaysia, yang ekonominya bergantung pada perdagangan internasional.
Selain itu, pernyataan terbaru Donald Trump mengenai kebijakan tarif menjelang pelantikannya sebagai Presiden AS pada Januari 2025 semakin memperkeruh sentimen pasar.
Kepala Ekonom Bank Muamalat Malaysia, Dr. Mohd Afzanizam Abdul Rashid, menyatakan bahwa ketidakpastian ini memengaruhi minat investor terhadap aset-aset berisiko, termasuk Ringgit.
Pasar kini menantikan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17-18 Desember mendatang.
“Pertemuan ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang proyeksi ekonomi AS, termasuk kemungkinan arah suku bunga acuan Federal Reserve pada 2025,” jelas Dr. Afzanizam.
Proyeksi ini diperkirakan akan memengaruhi dinamika pasar keuangan global, termasuk nilai tukar Ringgit.
Ringgit tidak hanya melemah terhadap dolar AS, tetapi juga terhadap sejumlah mata uang utama lainnya.
Nilai tukar terhadap pound Inggris melemah menjadi 5,6643/6700 dari 5,6613/6683, terhadap euro menjadi 4,7003/7050 dari 4,6856/6914, dan terhadap yen Jepang menjadi 2,9825/9859 dari 2,9648/9687.
Di tingkat regional, Ringgit sebagian besar melemah terhadap mata uang ASEAN. Ringgit turun terhadap dolar Singapura menjadi 3,3223/3261 dari 3,3113/3156 dan terhadap baht Thailand menjadi 12,9854/13,0042 dari 12,9196/9423.
Namun, nilainya terhadap rupiah Indonesia tetap hampir stabil di level 280,1/280,5. Ringgit juga melemah terhadap peso Filipina, ditutup pada 7,62/7,63 dibandingkan 7,59/7,61 sebelumnya.
Para ekonom menilai pelemahan Ringgit mencerminkan pengaruh gabungan dari faktor global dan domestik.
Di satu sisi, ketidakpastian ekonomi global terus menggerus kepercayaan investor terhadap mata uang negara berkembang.
Di sisi lain, Malaysia masih menghadapi tantangan dalam menavigasi kebijakan moneter yang disesuaikan dengan dinamika internasional.
Penguatan kembali Ringgit bergantung pada stabilitas kondisi eksternal, terutama keputusan kebijakan Federal Reserve dan kepastian kebijakan tarif dari negara-negara mitra dagang utama.
“Dalam jangka pendek, Ringgit akan tetap di bawah tekanan hingga ada kejelasan dari faktor-faktor global yang memengaruhi sentimen pasar,” kata Stephen Innes.
Seiring dinamika ini, pemerintah Malaysia dan Bank Negara Malaysia diharapkan terus memonitor situasi untuk memastikan stabilitas pasar keuangan nasional.