KabarMalaysia.com – KUALA LUMPUR, Sektor manufaktur Malaysia kembali menunjukkan perlambatan pada November 2024, tercermin dari penurunan Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur ke angka 49,2, lebih rendah dari 49,5 pada Oktober.
Data yang dirilis oleh S&P Global ini mengindikasikan moderasi lebih lanjut dalam aktivitas sektor tersebut, meski pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih berlanjut.
S&P Global menyebutkan bahwa hubungan historis antara IMP dan produk domestik bruto (PDB) resmi mengindikasikan kuartal terakhir tahun ini akan tetap mencatat pertumbuhan. Namun, perlambatan dalam peningkatan produksi manufaktur tahunan menunjukkan tantangan yang masih dihadapi sektor ini.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa keyakinan terhadap peningkatan permintaan pasar menjadi faktor utama di balik optimisme produsen mengenai prospek produksi dalam 12 bulan mendatang.
Meskipun demikian, tingkat kepercayaan tetap berada di bawah rata-rata jangka panjang, yang mencerminkan kekhawatiran terhadap pemulihan permintaan domestik.
“Perlambatan terlihat pada pesanan baru, produksi, dan stok barang. Sementara itu, lapangan kerja stagnan. Namun, permintaan dari luar negeri menunjukkan tanda-tanda penguatan, dengan peningkatan pada pesanan ekspor baru,” demikian pernyataan S&P Global.
Meski permintaan domestik masih lemah, produsen Malaysia mencatat adanya stabilisasi yang luas dalam backlog pekerjaan pada November, dengan pembacaan terbaru indeks mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Di sisi harga, laju inflasi biaya input terus menurun dan mencapai titik terendah dalam sembilan bulan terakhir.
Hal ini berkontribusi pada stabilitas biaya produksi. Kondisi ini dipandang sebagai angin segar bagi perusahaan, mengingat tekanan harga yang lebih rendah dapat mendukung daya saing produk manufaktur Malaysia.
“Stabilisasi harga input ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin mampu mengelola biaya operasional mereka, meskipun kondisi permintaan belum sepenuhnya pulih,” ujar laporan tersebut.
Meski permintaan input menurun, perusahaan masih menghadapi tantangan dalam hal waktu pengiriman barang. November menandai bulan ketujuh berturut-turut di mana produsen mencatat waktu pengiriman lebih lama dari pemasok.
Kondisi ini menunjukkan kendala rantai pasok yang masih berlanjut, meskipun tidak seburuk puncak pandemi.
S&P Global menilai bahwa meskipun perlambatan sektor manufaktur terlihat, ekonomi Malaysia masih berada dalam jalur pertumbuhan.
“Data IMP konsisten dengan perlambatan moderat pada laju produksi manufaktur resmi. Namun, dukungan dari permintaan ekspor dapat membantu menyeimbangkan dampak negatif dari lemahnya konsumsi domestik,” jelasnya.
Kepala Ekonom Bank Muamalat Malaysia Bhd, Dr. Mohd Afzanizam Abdul Rashid, menambahkan bahwa hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17-18 Desember mendatang akan menjadi sorotan utama bagi pasar.
Proyeksi kebijakan Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat untuk 2025 dinilai dapat memengaruhi kondisi pasar global, termasuk Malaysia.
“Dengan ketidakpastian yang masih membayangi, sektor manufaktur perlu memanfaatkan peluang dari permintaan luar negeri yang membaik. Namun, keberlanjutan pemulihan domestik akan sangat bergantung pada stabilitas makroekonomi dan kebijakan fiskal,” kata Afzanizam.
Meski PMI Manufaktur Malaysia tetap berada di bawah ambang ekspansi 50, indikasi perlambatan pada November ini diimbangi oleh beberapa faktor positif seperti stabilisasi harga input dan peningkatan permintaan ekspor.
Dengan tantangan domestik yang masih harus diatasi, prospek ekonomi Malaysia akan sangat ditentukan oleh kebijakan ekonomi global dan langkah strategis yang diambil pemerintah serta sektor swasta.
Kinerja sektor manufaktur menjadi barometer penting untuk mengukur daya tahan ekonomi Malaysia menghadapi tantangan global yang dinamis menjelang tahun 2025.