KABARMALAYSIA.COM – Harga kontrak crude palm oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mengalami penurunan pada Kamis (28/12/2023), mengakhiri dua hari kenaikan sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh melemahnya minyak nabati Dalian, meskipun estimasi produksi yang lebih rendah mampu membatasi penurunan tersebut.
Menurut data BMD pada penutupan Kamis (28/12/2023) baru-baru ini, kontrak berjangka CPO untuk Januari 2024 turun sebesar 43 ringgit Malaysia menjadi 3.657 ringgit Malaysia per ton. Sementara itu, kontrak berjangka CPO Februari 2024 melemah 33 ringgit Malaysia menjadi 3.717 ringgit Malaysia per ton.
Kontrak berjangka CPO Maret 2024 terkoreksi 31 ringgit Malaysia menjadi 3.739 ringgit Malaysia per ton, sedangkan kontrak CPO April 2024 berkurang 31 ringgit Malaysia menjadi 3.740 ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak CPO Mei 2024, harga jatuh 33 ringgit Malaysia menjadi 3.720 ringgit Malaysia per ton, dan kontrak CPO Juni 2024 turun 27 ringgit Malaysia menjadi 3.690 ringgit Malaysia per ton.
Anilkumar Bagani, kepala penelitian broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO diperdagangkan lebih rendah menyusul pelemahan kontrak berjangka minyak nabati China dan kinerja melemahnya minyak sawit Malaysia selama Desember. Meskipun perkiraan produksi yang lebih rendah membatasi penurunan, harga minyak sawit terus mengalami tekanan.
Malaysian Palm Oil Association memperkirakan produksi minyak sawit Malaysia turun 8,59% antara 1-20 Desember 2023. Sementara itu, Kay Hian dari UOB memproyeksikan penurunan produksi sekitar 7-11%.
Kontrak minyak kedelai di Dalian turun 0,23%, dan kontrak minyak sawit DCPcv1 mengalami penurunan sebesar 0,22%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade mengalami kenaikan sebesar 0,02%. Minyak kelapa sawit, yang dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait, bersaing untuk mendapatkan pangsa di pasar minyak nabati global.
Ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-25 Desember 2023 diperkirakan turun antara 4% dan 16% dari bulan sebelumnya, menurut data dari surveyor Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia.
Ringgit Malaysia menguat 0,48% terhadap dolar AS, membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang asing.
Harga minyak secara keseluruhan turun sekitar 1% pada Kamis (28/12/2023), dikarenakan berkurangnya kekhawatiran terkait gangguan pengiriman di sepanjang rute Laut Merah, meskipun ketegangan di Timur Tengah terus memburuk.
Kondisi ini membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel. Malaysia tetap mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Januari sebesar 8% dan menaikkan harga referensinya.