KabarMalaysia.com – KUALA LUMPUR, Pada Hari Rabu (20/11/2024), Petronas Chemicals Group Bhd (PCG) melaporkan kerugian bersih sebesar RM789 juta pada kuartal ketiga 2024, berbanding terbalik dengan laba bersih RM424 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Kerugian ini sebagian besar disebabkan oleh kerugian kurs mata uang asing (VALAS) yang belum terealisasi senilai RM1,1 miliar akibat melemahnya dolar AS terhadap ringgit Malaysia.
Meski mencatat kerugian, pendapatan PCG melonjak menjadi RM7,986 miliar, naik signifikan dari RM6,784 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu.
Dalam pernyataan resminya, PCG menjelaskan bahwa kerugian setelah pajak kuartal ini mencapai RM762 juta. Penyebab utamanya adalah kerugian valas pada revaluasi utang usaha dan pinjaman pemegang saham kepada Pengerang Petrochemical Company Sdn Bhd (PPC), sebuah perusahaan patungan 50:50 antara PCG dan Saudi Aramco yang berlokasi di Kompleks Terpadu Pengerang, Johor.
“PPC mencatat kerugian valas sebesar RM536 juta karena revaluasi utang usaha, sedangkan kerugian pada pinjaman pemegang saham PCG kepada PPC mencapai RM492 juta,” ungkap perwakilan PCG.
Selain itu, kerugian valas dari operasi lainnya sebesar RM86 juta turut menambah beban finansial PCG selama kuartal ini.
Meski menghadapi tekanan keuangan, PCG mencatat fundamental yang kuat dengan pendapatan selama sembilan bulan pertama 2024 naik 8% menjadi RM23,2 miliar dibandingkan tahun lalu.
Namun, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) menurun 10% menjadi RM2,8 miliar, sementara laba setelah pajak (PAT) merosot 53% menjadi RM750 juta.
Jika dampak kerugian valas dikeluarkan, PAT grup diperkirakan mencapai RM1,7 miliar.
Direktur Pelaksana sekaligus CEO PCG, Mazuin Ismail, mengatakan bahwa hasil finansial kuartal ketiga sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang. “Kerugian valas menjadi tantangan besar, terutama dari investasi kami di PPC.
Namun, secara operasional, kinerja inti kami membaik dengan peningkatan utilisasi pabrik yang berkontribusi pada peningkatan volume penjualan,” jelas Mazuin.
PCG juga menyelesaikan uji kinerja di unit petrokimia PPC dan menargetkan operasi komersial dimulai sebelum akhir tahun ini.
Langkah ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam strategi jangka panjang grup untuk memperkuat bisnis bahan kimia dasar serta memperluas portofolio ke produk derivatif dan bahan kimia khusus.
Menurut PCG, pasar bahan kimia komoditas pada kuartal ketiga 2024 menghadapi tantangan yang beragam, termasuk inflasi global, pergeseran musiman permintaan-pasokan, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Harga beberapa produk, seperti urea dan mono-etilen glikol, sempat didukung oleh keterbatasan pasokan. Namun, permintaan hilir yang lemah menekan harga metanol dan poliolefin, menambah tekanan pada margin keuntungan PCG.
Mazuin mengungkapkan, “Pasar tetap tertekan oleh faktor eksternal, tetapi kami tetap optimis dengan langkah diversifikasi produk dan operasional di masa mendatang. Jika dolar AS kembali menguat pada kuartal keempat, kami berpotensi membalikkan sebagian kerugian valas yang tercatat pada kuartal ini.”
PCG berkomitmen memanfaatkan molekul berbasis nafta untuk mengembangkan produk dengan nilai tambah lebih tinggi. Inisiatif ini sejalan dengan strategi grup untuk memperluas portofolio dan menciptakan produk yang lebih terspesialisasi, termasuk untuk pasar hilir yang inovatif.
Selain itu, diversifikasi ini diharapkan dapat mengurangi dampak volatilitas pasar komoditas global terhadap kinerja grup.
Meski menghadapi tekanan keuangan akibat kerugian valas, PCG tetap optimistis dengan fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan jangka panjang. Grup ini percaya bahwa langkah-langkah strategis yang diambil akan mendukung pemulihan finansial serta memperkuat posisinya di pasar global.
Jika nilai tukar dolar AS terhadap ringgit stabil atau menguat pada kuartal keempat, pembalikan sebagian kerugian valas dapat terjadi, memberikan ruang napas lebih besar bagi PCG untuk mengatasi tantangan ekonomi global.