KabarMalaysia.com –Mantan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, secara terbuka meminta maaf kepada rakyat Malaysia atas keterlibatan kasus 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang terjadi selama masa jabatannya. Permohonan maaf tersebut disampaikan dalam pernyataan resmi yang dibacakan oleh anaknya, Datuk Mohamad Nizar, di Kompleks Mahkamah Kuala Lumpur, Kamis (24/10/2024).
Najib menyatakan rasa sakit hatinya yang mendalam terkait dengan skandal ini, terutama mengetahui bahwa penipuan besar-besaran terjadi ketika ia menjabat sebagai Perdana Menteri sekaligus Menteri Keuangan. Selama menjalani hukuman penjara selama 26 bulan terakhir, Najib menyatakan bahwa ia terus mengikuti perkembangan signifikan seputar kasus 1MDB.
“Setiap hari, saya merasa sangat tersakiti mengetahui bahwa semua penipuan di perusahaan tersebut terjadi saat saya mengawasi sebagai Menteri Keuangan dan Perdana Menteri,” katanya dalam pernyataan tersebut. Najib mengakui bahwa tanggung jawab terbesar sebagai pemimpin berada di pundaknya, dan meminta maaf kepada seluruh rakyat Malaysia atas kejadian ini.
Najib dijatuhi hukuman penjara 12 tahun dan denda sebesar RM210 juta (sekitar Rp750 miliar) atas kasus penyalahgunaan kekuasaan, pencucian uang, dan pelanggaran kepercayaan dalam skandal SRC International yang melibatkan dana sebesar RM42 juta (sekitar Rp149 miliar).
Namun, pada bulan Februari 2024, Dewan Pengampunan Wilayah Federal mengurangi hukumannya menjadi enam tahun penjara dan denda sebesar RM50 juta (sekitar Rp177,5 miliar).
Saat ini, Najib juga sedang menghadapi empat tuduhan penyalahgunaan kekuasaan terkait penerimaan suap sebesar RM2,3 miliar dari dana 1MDB serta 21 tuduhan pencucian uang dengan jumlah yang sama. Tuduhan-tuduhan ini semakin menambah beban hukum yang dihadapinya, meski Najib terus membantah keterlibatannya dalam penggelapan dana tersebut.
Dalam pernyataannya, Najib kembali menegaskan bahwa dirinya bukanlah dalang di balik skandal 1MDB, melainkan menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh individu lain, termasuk Jho Low, seorang pengusaha yang kini menjadi buronan internasional terkait kasus tersebut.
Najib menyatakan bahwa dirinya tidak menyadari adanya pengalihan dana 1MDB oleh PetroSaudi dan mengaku percaya bahwa dana yang diterimanya berasal dari sumbangan politik Pemerintah Arab Saudi.
Mengacu pada artikel investigasi terbaru yang diterbitkan oleh The Edge, Najib mengatakan bahwa analisis tersebut mengungkapkan bahwa PetroSaudi dan Jho Low bekerja sama untuk menipu dirinya. Ia juga mengutip putusan baru-baru ini dari pengadilan Swiss yang menyatakan eksekutif PetroSaudi bersalah dalam skandal ini, sebagai bukti bahwa dirinya bukanlah pelaku utama.
“Saya tidak pernah mengetahui secara langsung bahwa saya telah menerima uang dari dana yang disalurkan 1MDB ke PetroSaudi,” tegas Najib, sembari menambahkan bahwa pada saat itu, ia diberi tahu dan benar-benar percaya bahwa dana tersebut merupakan kontribusi politik dari Arab Saudi, yang juga telah dikonfirmasi oleh pengadilan terkait dua sumbangan besar yang diterima pada tahun 2010.
Najib mengakui bahwa sebagai pemimpin negara, ia seharusnya bertindak lebih cepat ketika muncul kecurigaan terkait aktivitas di 1MDB. Meski ia telah memerintahkan sejumlah investigasi, Najib mengaku lebih cenderung mempercayai penjelasan dari dewan direksi dan manajemen 1MDB, yang saat itu menjamin bahwa perusahaan tersebut beroperasi dengan baik. Dalam retrospeksi, ia menyesali keputusannya yang terlalu mempercayai pihak internal perusahaan.
Ketika pertama kali mencurigai ada sesuatu yang tidak beres di 1MDB, Najib mengungkapkan bahwa fokus utamanya adalah memulihkan keuangan perusahaan serta menjaga hubungan diplomatik Malaysia di tingkat internasional. Ia menyebut bahwa persoalan ini juga telah berdampak besar pada posisinya secara politik, di mana dirinya sudah dihukum di mata publik meskipun tidak pernah berkolusi dengan Jho Low.
“Saya sangat menyesal atas apa yang terjadi di SRC International dan 1MDB,” kata Najib dalam pernyataannya yang juga dipublikasikan di akun media sosialnya. Ia berharap agar proses hukum yang sedang berlangsung dapat memberikan keadilan yang layak baginya, serta membuktikan bahwa ia tidak bersalah atas tuduhan yang dikenakan.
Kasus 1MDB tetap menjadi salah satu skandal terbesar dalam sejarah Malaysia, menyeret nama-nama besar, termasuk Najib Razak, dalam pusaran penyelidikan internasional. Meski Najib terus berusaha membela dirinya di hadapan pengadilan, banyak pihak yang merasa bahwa permintaan maafnya tidak cukup untuk menebus kerusakan yang telah terjadi terhadap reputasi dan ekonomi Malaysia.
Permohonan maaf terbuka yang disampaikan oleh Najib ini menandai babak baru dalam proses hukum yang berjalan, namun juga menimbulkan pertanyaan besar terkait akuntabilitas dan peran kepemimpinan dalam krisis ini. Kini, Najib berharap bahwa permintaan maafnya akan menjadi langkah awal menuju penyelesaian yang lebih adil bagi dirinya, dan juga bagi rakyat Malaysia yang telah lama menunggu kejelasan dari skandal yang mengguncang negeri ini.