KabarMalaysia.com – ABU DHABI, UEA, Pada Hari Kamis Waktu setempat (14/11/2024), Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA) sedang menjajaki potensi kolaborasi strategis dalam manajemen bencana melalui kerja sama antara Badan Penanggulangan Bencana Nasional Malaysia (NADMA) dan Otoritas Penanggulangan Bencana dan Krisis Darurat Nasional UEA (NCEMA).
NCEMA, yang berada di bawah Dewan Tertinggi Keamanan Nasional UEA, dikenal dengan keahliannya dalam mengelola berbagai krisis lintas sektor. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kesiapsiagaan Malaysia dalam menghadapi bencana.
Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Penanggulangan Bencana, menyampaikan bahwa pengalaman UEA dalam mengatasi tantangan bencana yang kompleks memberikan wawasan yang sangat penting bagi Malaysia.
“Sebagai Ketua Komite Nasional Penanggulangan Bencana, saya melihat kolaborasi ini sebagai nilai tambah yang sangat baik. Dengan mempelajari praktik manajemen krisis dari UEA, kita dapat meningkatkan ketahanan dan perlindungan terhadap masyarakat serta infrastruktur di Malaysia,” jelasnya.
Ahmad Zahid menekankan pentingnya teknologi dalam meningkatkan sistem penanggulangan bencana. “Hari ini, saya belajar tentang sistem penanggulangan bencana UEA yang menggunakan teknologi terkini, terutama dalam hal kecerdasan buatan (AI). AI memungkinkan kita untuk melakukan analisis yang lebih akurat terhadap berbagai krisis yang dihadapi,” tambahnya.
Pada kunjungan resmi selama tujuh hari di UEA, Ahmad Zahid juga bertemu dengan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA, Suhail Mohamed Al Mazrouei. Fokus pembahasan dalam pertemuan tersebut tidak hanya pada kolaborasi dalam penanggulangan bencana, tetapi juga pada potensi kerja sama di berbagai bidang lainnya, seperti sektor halal dan energi terbarukan.
NADMA telah mengusulkan beberapa langkah inovatif untuk meningkatkan kemampuan manajemen bencana Malaysia, termasuk pemanfaatan Observasi Bumi (EO) yang menggunakan citra satelit untuk mengumpulkan data penting terkait pola cuaca dan kondisi lingkungan.
Inisiatif ini bertujuan memberikan peringatan dini terkait potensi bencana seperti banjir atau badai. Selain itu, NADMA juga mengusulkan penggunaan Sistem Platform Ketinggian Tinggi (HAPS), yang mengandalkan pesawat nirawak dan balon berteknologi tinggi untuk menangkap data resolusi tinggi secara waktu nyata di daerah yang terkena dampak.
Lebih lanjut, pengenalan teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian penting dari strategi peningkatan kesiapsiagaan.
Melalui AI, NADMA dapat memprediksi bencana berdasarkan data historis yang telah dikumpulkan, memberikan peringatan dini, merencanakan logistik, serta memperkirakan jenis bencana yang mungkin terjadi di masa depan.
Selain itu, NADMA juga tengah mempertimbangkan pemanfaatan Kendaraan Respons Bencana Khusus yang terinspirasi dari teknologi yang digunakan UEA dalam merespons bencana dengan cepat dan efektif.
Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Zahid juga menggarisbawahi pentingnya peran Malaysia dalam penanggulangan bencana di tingkat internasional.
Salah satu contohnya adalah pengerahan helikopter EC725 dari Angkatan Udara Kerajaan Malaysia dan 16 awak untuk membantu Filipina setelah Badai Tropis Trami melanda negara tersebut.
Hal ini menunjukkan komitmen Malaysia dalam memberikan bantuan kepada negara-negara tetangga dalam menangani bencana.
Selain itu, Malaysia juga terlibat aktif dalam berbagai forum internasional seperti Konferensi Tingkat Menteri Asia-Pasifik tentang Pengurangan Risiko Bencana (APMCDRR) dan Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN tentang Penanggulangan Bencana (AMMDM). Partisipasi ini bertujuan untuk memperkuat kerangka kerja pengelolaan risiko bencana di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
Selain fokus pada manajemen bencana, Malaysia dan UEA juga membahas potensi kolaborasi di sektor lain, termasuk pengembangan industri halal. Diskusi mengenai sertifikasi halal dan perdagangan produk halal diharapkan dapat membuka peluang baru bagi peningkatan ekspor Malaysia ke UEA.
Selain itu, kedua negara juga menjajaki inisiatif untuk memajukan energi terbarukan di Malaysia, serta meningkatkan kerja sama dalam sektor Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Kejuruan (TVET) untuk memperkuat keterampilan tenaga kerja.
“Kolaborasi yang berpotensi tinggi ini akan memperkuat hubungan bilateral Malaysia-UEA dan mengangkat kemitraan kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini akan meletakkan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan bersama dan pembangunan berkelanjutan di masa mendatang,” pungkas Ahmad Zahid.
Dengan inisiatif-inisiatif ini, Malaysia berharap dapat meningkatkan kemampuan manajemen bencananya sambil memperkuat hubungan internasional yang strategis di berbagai sektor.