KabarMalaysia.com – KOTA KINABALU, Pada Hari Selasa (26/11/2024), Polusi plastik di Sabah menjadi ancaman serius terhadap lingkungan sekaligus merusak citra negara bagian itu sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Wakil Kepala Menteri II Sabah, Datuk Seri Joachim Gunsalam, menyoroti masalah ini dalam pidatonya pada pembukaan simposium “Tanpa Plastik di Alam” yang berlangsung hari ini.
Joachim, yang juga menjabat sebagai Menteri Pemerintahan Daerah dan Perumahan Rakyat, mengatakan bahwa plastik tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga mengancam kesehatan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Polusi plastik adalah ancaman besar yang memengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk pariwisata, keberlanjutan lingkungan, dan kualitas hidup masyarakat kita,” ujarnya.
Joachim mencatat, banyak lokasi ikonik di Sabah, termasuk Gunung Kinabalu yang dikenal dunia, kini mulai tercemar limbah plastik.
Kondisi ini turut terlihat di lautan sekitar Sabah, di mana plastik mengapung di atas terumbu karang, serta pantai dan pulau yang dipenuhi sampah plastik.
“Keadaan ini mengancam habitat laut dan daratan yang sebelumnya menjadi daya tarik wisata unggulan Sabah,” tambahnya.
Untuk menangani masalah ini, Joachim menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), sektor swasta, serta masyarakat diharapkan bisa bekerja sama mengatasi pencemaran plastik.
Ia juga menyerukan penguatan regulasi dan kebijakan terkait pengelolaan limbah plastik.
“Perlu pendekatan komprehensif melalui kebijakan yang lebih tegas, pelaksanaan undang-undang yang efektif, serta edukasi masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” kata Joachim.
Simposium “Tanpa Plastik di Alam” menjadi wadah diskusi bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi informasi, pandangan, dan inisiatif terkait pengelolaan limbah plastik.
Joachim menyampaikan apresiasinya atas inisiatif ini, mengingat simposium seperti ini dapat menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran publik dan mencari solusi jangka panjang.
“Melalui acara seperti ini, kita dapat bersama-sama mengembangkan inovasi dan strategi yang lebih efektif untuk menghadapi tantangan pencemaran plastik di Sabah,” ujarnya.
Polusi plastik tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memberikan efek negatif pada industri pariwisata.
Wisatawan cenderung menghindari lokasi yang dianggap tidak bersih atau tercemar, yang pada gilirannya memengaruhi pendapatan daerah dari sektor ini.
Para pelaku industri pariwisata di Sabah juga menyuarakan keprihatinan mereka terhadap meningkatnya jumlah limbah plastik yang ditemukan di lokasi-lokasi wisata.
Mereka berharap pemerintah dapat segera mengambil tindakan tegas untuk melindungi aset-aset pariwisata Sabah.
Dengan tantangan polusi plastik yang semakin meningkat, Sabah dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
Joachim menggarisbawahi pentingnya semua pihak bersatu untuk melindungi lingkungan alam yang menjadi kebanggaan negara bagian ini.
“Setiap individu memiliki peran penting untuk mendukung upaya pengurangan polusi plastik, dari langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan kantong plastik hingga mendukung kebijakan ramah lingkungan,” tutupnya.
Simposium ini diharapkan menjadi titik awal bagi Sabah untuk mengambil langkah yang lebih besar dalam melawan polusi plastik, menjaga warisan alamnya, dan memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang.