KabarMalaysia.com – Anak Raja Malaysia, Tunku Ismail Sultan Ibrahim, menyampaikan pandangannya tentang kebutuhan mendesak Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) untuk memiliki sosok pemimpin yang visioner dan berpengalaman, serupa dengan Erick Thohir, yang sukses sebagai Ketua Umum PSSI dan memimpin sepak bola Indonesia.(04/05/2024)
Ismail, yang juga merupakan pemilik klub Liga Malaysia, Johor Darul Ta’zim (JDT), menegaskan pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam memperbaiki kinerja sepak bola Malaysia.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh New Straits Times, Tunku Ismail menyoroti kekurangan yang ada pada kepemimpinan saat ini di FAM.
“Mereka [pemimpin FAM] kekurangan visi, komitmen, pengetahuan, dan semangat,” ujarnya, mengindikasikan bahwa kurangnya arah dan inovasi telah menghambat kemajuan sepak bola Malaysia.
Sementara itu, Tunku Ismail mengagumi prestasi Erick Thohir dalam mengelola PSSI. “Erick Thohir menunjukkan kemampuan finansial, keahlian, dan koneksi internasional yang membuat sepak bola Indonesia melangkah maju dalam infrastruktur, pengembangan liga, dan performa tim nasional,” katanya.
Pendapatnya ini mencerminkan keyakinan bahwa sosok seperti Thohir bisa membawa perubahan positif bagi FAM, terutama di saat-saat yang kritis ini.
Pernyataan Tunku Ismail bukan tanpa alasan. Dalam setahun terakhir, prestasi tim nasional Indonesia terlihat semakin meningkat, jauh melampaui pencapaian timnas Malaysia.
Indonesia berhasil lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, serta mengamankan tempat di Piala Asia 2027. Di tingkat junior, tim U-17 Indonesia melaju ke Piala Asia U-17 2025, dan tim U-20 juga sukses meraih tiket ke Piala Asia U-20 2025.
Sementara itu, tim nasional Malaysia tidak berhasil meraih pencapaian serupa, gagal lolos ke Piala Asia U-17 dan U-20, serta masih harus berjuang dalam Kualifikasi Piala Asia 2027.
Kondisi ini tentunya menjadi perhatian besar bagi Tunku Ismail. Ia berpendapat bahwa performa tim nasional Malaysia yang stagnan mencerminkan adanya masalah mendasar dalam pengelolaan dan perencanaan sepak bola di negara tersebut.
“Ketika kita melihat kesuksesan timnas Indonesia, jelas ada sesuatu yang bisa dipelajari. Mereka telah melakukan banyak hal dengan baik, sementara kita di Malaysia masih berjuang untuk meraih prestasi yang setara,” ungkapnya.
Ismail juga tidak segan untuk mengkritik aspek lain dari pengelolaan sepak bola di Malaysia, khususnya terkait dengan gaji tinggi yang diterima oleh para pemain. Ia mencatat bahwa meskipun pemain menerima kompensasi yang besar, hal ini tidak diimbangi dengan performa yang memadai di lapangan.
“Jika gaji terlalu tinggi, kenapa klub masih membayar mereka? Negosiasi dan manajemen finansial adalah hal penting,” ujar Ismail, mengindikasikan bahwa pengelolaan keuangan klub harus lebih bijak dan strategis agar tidak membebani klub.
Sebagai mantan Presiden FAM pada periode 2017-2021, meskipun hanya menjabat selama satu tahun, Tunku Ismail menyadari betul tantangan yang dihadapi dalam mengelola sepak bola di Malaysia.
Ia menyatakan bahwa kepemimpinan yang kuat dan strategis adalah kunci untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada, dan mendorong pertumbuhan sepak bola yang berkelanjutan.
Keberadaan pemimpin yang berpengalaman dan memiliki visi jangka panjang, seperti Erick Thohir, dinilai penting dalam meraih kemajuan di masa depan.
Tunku Ismail menegaskan bahwa transformasi di level organisasi diperlukan untuk menciptakan sinergi yang positif antara klub, pemain, dan pengurus FAM.
Lebih lanjut, ia berharap dengan adanya pembenahan yang dilakukan dalam manajemen FAM dan dengan dukungan pemimpin yang kompeten, sepak bola Malaysia dapat kembali ke jalur yang benar dan meraih prestasi yang membanggakan di kancah internasional.
“Kita perlu bersatu dan bekerja sama demi masa depan sepak bola Malaysia yang lebih cerah,” tutupnya.
Dalam konteks sepak bola yang kompetitif di Asia Tenggara, pernyataan Tunku Ismail ini tentu menjadi sinyal bagi para pemimpin di FAM untuk melakukan introspeksi dan mengambil langkah-langkah strategis ke depan.
Mengingat banyaknya potensi yang dimiliki, dengan pengelolaan yang tepat, Malaysia berpeluang untuk kembali bersaing di level yang lebih tinggi.