KABARMALAYSIA.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat wisatawan mancanegara asal Malaysia mendominasi kunjungan ke Indonesia pada November 2024. Diikuti oleh wisatawan dari Australia dan Singapura, data ini menunjukkan pola kunjungan yang konsisten dengan tren pariwisata sebelumnya.
“Pada November 2024, wisatawan berkebangsaan Malaysia masih mendominasi di tempat pertama. Kemudian disusul oleh Australia dan Singapura,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers yang digelar Jumat (3/1/2025).
Menurut laporan BPS, jumlah kunjungan wisatawan Malaysia pada November 2024 mengalami penurunan sebesar 10,22% dibandingkan Oktober 2024. Namun, secara tahunan, terjadi peningkatan signifikan sebesar 22,94% dibandingkan November 2023. Hal ini mencerminkan keberhasilan promosi pariwisata yang dilakukan Indonesia, khususnya untuk menarik wisatawan dari negara-negara tetangga.
Sebagian besar wisatawan asal Malaysia memasuki Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang. Bandara ini memang menjadi salah satu pintu masuk utama yang melayani berbagai rute penerbangan internasional dari Malaysia.
Pudji menjelaskan bahwa wisatawan asal Tiongkok juga lebih memilih Bandara Soekarno-Hatta sebagai pintu masuk ke Indonesia. Bandara ini menyediakan fasilitas dan layanan yang mendukung mobilitas internasional, sehingga menjadi pilihan favorit bagi wisatawan dari Asia Timur.
Sementara itu, wisatawan asal Australia tercatat paling banyak menggunakan Bandara Ngurah Rai, Bali. Hal ini tidak mengherankan, mengingat Bali merupakan destinasi utama bagi wisatawan Australia. Keindahan pantai, budaya lokal, dan beragam atraksi di Bali telah lama menjadi daya tarik utama bagi pasar pariwisata Australia.
BPS juga mencatat bahwa rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara pada November 2024 adalah 6,85 malam. Angka ini mencakup semua kunjungan wisatawan, termasuk mereka yang masuk melalui jalur pelintas batas. Durasi tinggal yang cukup panjang ini memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata, terutama dalam hal kontribusi ekonomi lokal.
Dari segi kontribusi, wisatawan asal Malaysia, Australia, dan Singapura memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata Indonesia. Wisatawan Malaysia, misalnya, tidak hanya mendominasi dalam jumlah tetapi juga dikenal memiliki pengeluaran yang cukup besar selama berada di Indonesia. Begitu pula dengan wisatawan Australia, yang cenderung menghabiskan waktu lebih lama di destinasi wisata seperti Bali, sehingga memberikan kontribusi ekonomi yang besar.
Di sisi lain, durasi rata-rata tinggal 6,85 malam menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara tidak hanya mengunjungi satu destinasi tetapi juga menjelajahi beberapa wilayah di Indonesia. Ini menunjukkan keberhasilan strategi promosi pariwisata yang mengarahkan wisatawan untuk mengunjungi destinasi-destinasi di luar Bali, seperti Yogyakarta, Lombok, dan Labuan Bajo.
Dengan data kunjungan November 2024 ini, BPS memprediksi tren positif untuk sektor pariwisata di tahun 2025. Keberlanjutan promosi dan peningkatan fasilitas di pintu masuk utama seperti Bandara Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai diperkirakan akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Fakta lain yang mendukung optimisme ini adalah keberagaman asal wisatawan. Selain tiga negara dominan (Malaysia, Australia, dan Singapura), wisatawan dari Tiongkok, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa juga mulai menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan. Diversifikasi ini penting untuk memastikan stabilitas sektor pariwisata, terutama di tengah tantangan global yang tidak terduga.
Kunjungan wisatawan mancanegara pada November 2024 menunjukkan dominasi wisatawan asal Malaysia, disusul oleh Australia dan Singapura. Data ini menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu destinasi utama di kawasan Asia Tenggara. Dengan terus meningkatkan fasilitas dan strategi promosi, sektor pariwisata Indonesia diharapkan dapat mempertahankan momentum positif ini, sekaligus memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
Informasi yang disampaikan BPS memberikan gambaran menyeluruh tentang tren pariwisata dan menjadi acuan penting bagi pemerintah dan pelaku industri pariwisata untuk merencanakan langkah ke depan. Dengan komitmen bersama, sektor pariwisata Indonesia berpeluang menjadi salah satu motor penggerak utama ekonomi nasional.