KABARMALAYSIA.COM – Johor, Malaysia, terus menunjukkan dampak signifikan terhadap masyarakat. Hingga Senin, 13 Januari 2025, jumlah korban yang terpaksa mengungsi akibat bencana ini telah mencapai hampir 4.000 orang. Mereka tersebar di beberapa pusat bantuan banjir yang tersebar di seluruh negara bagian tersebut.
Menurut data terbaru dari Komite Pengelolaan Bencana Johor, jumlah korban banjir pada pukul 9 pagi tercatat sebanyak 3.973 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 3.778 orang yang tercatat pada sore hari sebelumnya. Peningkatan ini mencerminkan eskalasi situasi banjir yang semakin meluas di wilayah tersebut.
Melalui pernyataan resminya, Komite Pengelolaan Bencana Johor mengungkapkan bahwa saat ini ada 1.113 keluarga yang harus mengungsi. Mereka tinggal di 38 pusat bantuan banjir yang tersebar di lima distrik yang terdampak. Sebagai respons terhadap meningkatnya jumlah pengungsi, pemerintah setempat membuka satu lagi pusat bantuan banjir baru. Ini menunjukkan upaya keras untuk memastikan tempat penampungan yang cukup bagi mereka yang terdampak bencana alam tersebut.
Di kota-kota besar dan wilayah yang lebih terdampak, pemerintah setempat dan berbagai organisasi bantuan bekerja sama dalam menyediakan fasilitas yang memadai, mulai dari tempat tidur darurat, makanan, hingga layanan medis bagi para korban. Semua upaya ini dilakukan dengan harapan dapat meringankan beban masyarakat yang kini sedang berjuang menghadapi bencana alam ini.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Komite Pengelolaan Bencana Johor, Kota Tinggi menjadi daerah yang paling parah terdampak. Di sana, sekitar 1.313 orang dari 376 keluarga harus mengungsi ke pusat bantuan banjir. Kota ini terus mencatatkan jumlah pengungsi terbanyak setiap harinya, dengan cuaca buruk dan intensitas hujan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Johor Baru, sebagai ibu kota negara bagian Johor, juga mengalami dampak serius dari bencana ini. Tercatat ada 808 orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari tempat perlindungan di pusat-pusat pengungsian. Meskipun Johor Baru merupakan kota besar, namun keadaan banjir yang meluas juga menghantam kawasan ini, menyulitkan upaya evakuasi bagi banyak penduduknya.
Selain Kota Tinggi dan Johor Baru, daerah lainnya yang juga terdampak serius antara lain Kulai, dengan 764 orang mengungsi, serta Pontian dan Kluang yang masing-masing mencatatkan 595 orang dan 550 orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Banjir ini tidak hanya mengancam keselamatan jiwa, tetapi juga mengganggu kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Banyak rumah yang terendam, jalan-jalan utama terputus, dan sebagian besar kegiatan ekonomi terganggu. Aktivitas perdagangan, pendidikan, serta layanan kesehatan juga terhambat, menyebabkan kesulitan lebih lanjut bagi masyarakat yang terdampak.
Sejak pagi hari pada 13 Januari 2025, cuaca di seluruh Johor dilaporkan terus mendung dan hujan deras. Bahkan di beberapa distrik yang tidak terkena banjir, hujan terus mengguyur wilayah tersebut sejak pukul 4 pagi. Kondisi cuaca buruk ini tentu saja memperburuk situasi, menghambat proses evakuasi dan distribusi bantuan, serta meningkatkan risiko bencana lebih lanjut. Hujan yang terus menerus juga mengancam kawasan-kawasan yang sebelumnya relatif aman, karena dapat memperburuk genangan air yang ada.
Badan Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) juga mengeluarkan peringatan bahwa curah hujan tinggi akan berlangsung selama beberapa hari ke depan, sehingga masyarakat diminta untuk selalu waspada. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi masyarakat yang sedang mengungsi, karena potensi banjir susulan dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini menuntut kewaspadaan ekstra dari pihak berwenang dan masyarakat.
Pemerintah Johor, bersama dengan berbagai lembaga bantuan dan organisasi non-pemerintah (NGO), bekerja keras untuk memberikan bantuan kepada korban banjir. Selain membuka pusat-pusat bantuan banjir baru, pemerintah juga mengerahkan personel untuk melakukan evakuasi dan memastikan distribusi bantuan berjalan lancar. Sumber daya medis pun disiapkan di pusat-pusat pengungsian untuk mengatasi potensi masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat kondisi sanitasi yang buruk dan cuaca yang tidak menentu.
Organisasi-organisasi bantuan seperti Palang Merah Malaysia, serta berbagai badan kemanusiaan lainnya, juga turun tangan. Mereka mengirimkan tim relawan untuk memberikan bantuan darurat, seperti makanan, pakaian, dan obat-obatan. Di samping itu, mereka juga melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan selama masa pengungsian.
Namun, meskipun upaya tersebut telah dilakukan, tantangan terbesar yang dihadapi adalah logistik dan ketersediaan tempat tinggal yang memadai bagi para pengungsi. Tidak sedikit korban yang harus tidur dalam kondisi yang tidak layak, dengan fasilitas yang terbatas. Pemerintah Johor berjanji untuk terus meningkatkan fasilitas di pusat-pusat pengungsian agar korban banjir dapat mendapatkan perawatan yang layak.
Dengan cuaca yang masih tidak menentu, jumlah korban banjir diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan. Masyarakat Johor, khususnya yang berada di daerah rawan banjir, diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti petunjuk dari pihak berwenang. Pemerintah setempat juga terus memantau perkembangan situasi dan berkoordinasi dengan badan-badan terkait untuk merespons dengan cepat setiap perkembangan yang terjadi.
Kendati begitu, bencana ini membawa pelajaran penting bagi banyak pihak. Perlunya peningkatan sistem peringatan dini, penguatan infrastruktur banjir, serta persiapan yang lebih matang dalam menghadapi bencana serupa di masa depan sangat ditekankan. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, organisasi bantuan, dan masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak dari bencana alam semacam ini.
Banjir yang terjadi di Johor ini mengingatkan kita semua akan pentingnya kesiapsiagaan dan solidaritas dalam menghadapi bencana alam. Masyarakat yang terdampak berharap agar bantuan terus mengalir, dan mereka bisa segera kembali ke kehidupan normal setelah melewati masa-masa sulit ini.