KABARMALAYSIA.COM – Setidaknya 16 orang tewas dan lima lainnya masih hilang setelah longsor yang dipicu hujan deras melanda Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Informasi ini dikonfirmasi oleh pihak kepolisian dan pejabat badan penanggulangan bencana setempat pada hari ini.
“Sebanyak 16 orang telah dipastikan meninggal dunia. Untuk korban yang terluka, 10 orang telah dirujuk ke rumah sakit dan puskesmas terdekat,” ujar Kepala Kepolisian Kota Pekalongan, Doni Prakoso, dalam wawancaranya dengan Metro TV.
Doni menjelaskan bahwa longsor terjadi pada hari sebelumnya, dan upaya pencarian terhadap setidaknya lima orang yang masih hilang sedang berlangsung.
“Hujan di Pekalongan cukup tinggi, dan area yang paling terdampak adalah wilayah perbukitan atau pegunungan,” tambahnya.
Rekaman televisi menunjukkan relawan mengevakuasi jenazah dari lokasi longsor menggunakan tandu darurat. Lumpur tebal terlihat menutupi jalanan di lokasi kejadian.
Bergas Catursasi Penanggungan, pejabat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, menyatakan bahwa akses menuju lokasi bencana menjadi tantangan utama dalam proses pencarian korban.
“Para relawan sedang berupaya menuju lokasi kejadian,” ungkapnya kepada Kompas TV. “Waktu sangat terbatas karena cuaca. Kami berpacu dengan cuaca.”
Ia juga menambahkan bahwa selain tim penyelamat, relawan lokal turut bergabung dalam pencarian. Alat berat akan segera didatangkan untuk mempercepat proses evakuasi.
“Untuk korban yang tertimbun tanah lebih tebal, kami berharap alat berat dapat membantu proses penggalian,” jelas Bergas.
Indonesia sering mengalami longsor pada musim hujan yang biasanya berlangsung antara November hingga April. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, bencana akibat cuaca ekstrem juga terjadi di luar musim tersebut.
Sebagai catatan, pada November lalu, banjir akibat hujan deras di wilayah barat Indonesia menewaskan 27 orang. Sementara itu, pada Mei, setidaknya 67 orang tewas setelah banjir bandang di Sumatra Barat. Banjir ini membawa campuran abu, pasir, dan kerikil dari erupsi Gunung Marapi ke kawasan pemukiman.