KabarMalaysia.com – Dua kartunis muda, Ain Husniza Saiful Nizam dan Ana Alasri, mengambil pendekatan unik dalam mendidik masyarakat tentang isu penting seperti pendidikan seks komprehensif dan krisis di Palestina.
Melalui karya seni mereka, keduanya berupaya meningkatkan kesadaran di kalangan generasi muda dan memberi dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan kemanusiaan.
Ain Husniza, seorang kartunis berusia 20 tahun, sangat menekankan pentingnya pendidikan seks yang komprehensif, terutama bagi anak-anak.
Menurutnya, dengan memahami batasan dalam hubungan dan mengenali tubuh sendiri, anak-anak dapat melindungi diri mereka dari risiko yang tidak diinginkan. Untuk itu, Ain menghasilkan Majalah berjudul *Express to Empower*, sebuah materi pendidikan interaktif yang dirancang khusus untuk anak-anak usia 9 hingga 12 tahun.
Majalah ini bertujuan mengajarkan mereka tentang pentingnya melindungi tubuh dan memberikan pemahaman yang mendalam tentang hak-hak mereka.
Ain mengungkapkan bahwa seni memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi masyarakat, khususnya terkait feminisme dan hak-hak perempuan. “Majalah ini berisi aktivitas yang dirancang agar anak-anak dapat memahami batasan dalam hubungan antarindividu.
Seni dapat menyampaikan pesan yang sulit secara lebih mudah,” jelas Ain saat berbicara di Festival Kartun Gen-Z di Rumah Tangsi, Kuala Lumpur, pekan lalu.
Buku Majalah *Express to Empower* ini merupakan hasil kolaborasi dengan gerakan Pocket Of Pink yang terdiri dari sejumlah kreator muda seperti Nourrys, Karyn, Maya, Marsi, Kaveesha, ‘Ain, Iqsa, dan Ern See. Mereka bekerja sama merancang, menulis, dan menggambar ilustrasi yang akhirnya dikemas dalam buku interaktif tersebut.
Buku Majalah ini dijual seharga RM25 dan bisa diperoleh melalui penjualan online. Ain berharap buku ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi anak-anak tentang pentingnya menjaga diri dan membantu teman-teman mereka.
Selain menyentuh isu pendidikan seks, festival ini juga menghadirkan karya seni yang menyuarakan kepedulian terhadap Palestina.
Kartunis Ana Alasri, 28 tahun, menggunakan karyanya untuk mengecam kekerasan yang terjadi di Gaza serta menggambarkan penderitaan rakyat Palestina akibat konflik berkepanjangan.
Sebagai lulusan Seni Halus dari UiTM, Ana memilih untuk melukis di atas sampul Majalah yang kemudian dijual, dan hasil penjualannya didonasikan untuk mendukung kampanye kemanusiaan bagi Palestina.
Ana mengatakan, salah satu motivasinya untuk membuat karya seni ini adalah keinginannya untuk mengekspresikan rasa “sakit hati” yang dipendamnya terhadap ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina.
“Saya merasa sangat terpengaruh oleh apa yang terjadi di Gaza. Melalui seni, saya bisa meluapkan rasa frustasi dan menyampaikan pesan kemanusiaan,” katanya.
Karya-karya Ana yang menggambarkan peperangan di Gaza dan penderitaan rakyat Palestina berhasil menarik perhatian pengunjung festival. Selain itu, karya Majalah Naga yang ia buat untuk merayakan Tahun Baru Cina juga mendapat apresiasi.
Majalah ini menggambarkan simbol kekuatan dengan tulisan mandarin dan solidaritas dengan tulisan arab.
Ana aktif memamerkan karyanya di berbagai acara, termasuk di Pasar Seni Kuala Lumpur. Karya-karyanya dijual dengan harga RM15, dan ia berharap melalui karya seni ini, ia dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap krisis Palestina.
Namun, Ana juga berharap bahwa tahun depan ia tidak perlu lagi menggambar karya tentang perang, karena ia sangat mendambakan berakhirnya konflik tersebut. “Saya benar-benar berharap perang ini segera berakhir,” ungkapnya.
Festival Kartun Gen-Z yang diadakan pada 19 dan 20 Oktober 2024 di Rumah Tangsi, Kuala Lumpur, merupakan acara yang dirancang untuk mempromosikan nilai-nilai muhibah dan solidaritas di antara generasi muda melalui seni kartun.
Festival ini juga didukung oleh Yayasan Hasanah di bawah naungan Khazanah Nasional Bhd, yang berkomitmen untuk memupuk semangat kebersamaan dan kemanusiaan melalui berbagai inisiatif seni dan budaya.
Karya-karya yang dihadirkan oleh para kartunis muda seperti Ain Husniza dan Ana Alasri di festival ini menunjukkan bahwa seni bukan hanya media ekspresi, tetapi juga alat untuk pendidikan dan perubahan sosial.
Melalui pendekatan kreatif, mereka berhasil menyampaikan pesan-pesan penting yang relevan dengan isu-isu sosial, sambil mengajak masyarakat untuk berpikir lebih dalam dan peduli terhadap sesama manusia.